UNTUK APA BELAJAR?
UNTUK APA BELAJAR?
Sebenarnya orang belajar itu untuk apa sih?
Supaya tahu? pintar? pandai? cerdas?
Lantas, Supaya tahu untuk apa? pintar apa? pandai yang bagaimana?
Buat apa semua itu...?
Supaya tahu? pintar? pandai? cerdas?
Lantas, Supaya tahu untuk apa? pintar apa? pandai yang bagaimana?
Buat apa semua itu...?
Coba perhatikan orang-orang terpelajar dibawah ini;
1. Di Kampus saya sering melihat banyak orang yang kuliah tapi masih suka merokok disembarang tempat, buang sampah juga seenaknya saja, melakukan tindak asusila, dan lain sebagainya.
2. Di Masjid saya juga sering menjumpai orang yang rajin shalat, rajin juga ngikut kajian tapi juga rajin ngomongin orang, mengatakan orang lain begini begitu.
3. Di Majlis ta'lim saya juga mendapati seorang juru dakwah yang memberikan banyak nasehat, petuah dan juga ajakan untuk berbuat baik. Tapi, lagi-lagi tindakannya tidaklah segemulai lisannya dalam mengamalkannya. Juga sangat perhatian terhadap aib orang, hingga aibnya sendiri pun jarang untuk diperhatikan.
4. Di Markas LDK, saya juga pernah menjumpai muda-mudi yang manggilnya akhi-akhi, ukhti-ukhti. Kalau kajian juga ada saatir (pembatas), tapi mereka juga pernah boncengan antara akhi dan ukhti padahal mereka belum menikah. Dan ketika bertemu dengan saya, mereka memandang saya radak aneh gegara saya memakai celana jeans, meski saya tahu bahwa celana yang saya kenakan juga tidak transparan dan juga tidak ketat. Mengapa mereka membuang muka ketika melihat saya memakai celana jeans?
5. Di Jalan, saya juga pernah berbarengan dengan para mahasiswa, dosen, pak yai dan para pelajar yang kebetulan saat itu sedang beraktifitas di pagi hari, dan saya melihat mereka saling berebut ego agar bisa di depan, kebut-kebutan meski jalanan sudah macet, membunyikan klakson sekencang-kencangnya meski tahu bahwa ada orang yang lagi kesulitan karena motornya mogok.
Saya kemudian bertanya, mereka belajar ini, itu untuk apa sih itu semua? Saya yakin mereka juga sudah tahu, tapi mengapa pengetahuan itu hanya dibiarkan mengendap dilogika?
Aha.... ternyata manusia itu seperti itu ya? meski sudah belajar, pengetahuannya hanya dibiarkan mengendap di logika dan tidak dibiarkan meresap dalam hati serta menghias pada perangai. Pantas saja jika Tuhan bilang;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (٣
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". (Qs. Ash Shaff : 2-3).
Nabi Muhammad juga ikut urun rembug, Sabda Nabi: “Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedang dia melupakan dirinya sendiri seperti lentera yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.” (HR. Thabrani, hadits hasan. Menurut Nashiruddin Al Albaniy hadits ini shahih, STT, 1/128)
*Periksalah kembali diri kita, untuk apa belajar?
1. Di Kampus saya sering melihat banyak orang yang kuliah tapi masih suka merokok disembarang tempat, buang sampah juga seenaknya saja, melakukan tindak asusila, dan lain sebagainya.
2. Di Masjid saya juga sering menjumpai orang yang rajin shalat, rajin juga ngikut kajian tapi juga rajin ngomongin orang, mengatakan orang lain begini begitu.
3. Di Majlis ta'lim saya juga mendapati seorang juru dakwah yang memberikan banyak nasehat, petuah dan juga ajakan untuk berbuat baik. Tapi, lagi-lagi tindakannya tidaklah segemulai lisannya dalam mengamalkannya. Juga sangat perhatian terhadap aib orang, hingga aibnya sendiri pun jarang untuk diperhatikan.
4. Di Markas LDK, saya juga pernah menjumpai muda-mudi yang manggilnya akhi-akhi, ukhti-ukhti. Kalau kajian juga ada saatir (pembatas), tapi mereka juga pernah boncengan antara akhi dan ukhti padahal mereka belum menikah. Dan ketika bertemu dengan saya, mereka memandang saya radak aneh gegara saya memakai celana jeans, meski saya tahu bahwa celana yang saya kenakan juga tidak transparan dan juga tidak ketat. Mengapa mereka membuang muka ketika melihat saya memakai celana jeans?
5. Di Jalan, saya juga pernah berbarengan dengan para mahasiswa, dosen, pak yai dan para pelajar yang kebetulan saat itu sedang beraktifitas di pagi hari, dan saya melihat mereka saling berebut ego agar bisa di depan, kebut-kebutan meski jalanan sudah macet, membunyikan klakson sekencang-kencangnya meski tahu bahwa ada orang yang lagi kesulitan karena motornya mogok.
Saya kemudian bertanya, mereka belajar ini, itu untuk apa sih itu semua? Saya yakin mereka juga sudah tahu, tapi mengapa pengetahuan itu hanya dibiarkan mengendap dilogika?
Aha.... ternyata manusia itu seperti itu ya? meski sudah belajar, pengetahuannya hanya dibiarkan mengendap di logika dan tidak dibiarkan meresap dalam hati serta menghias pada perangai. Pantas saja jika Tuhan bilang;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (٣
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". (Qs. Ash Shaff : 2-3).
Nabi Muhammad juga ikut urun rembug, Sabda Nabi: “Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedang dia melupakan dirinya sendiri seperti lentera yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.” (HR. Thabrani, hadits hasan. Menurut Nashiruddin Al Albaniy hadits ini shahih, STT, 1/128)
*Periksalah kembali diri kita, untuk apa belajar?
Komentar
Posting Komentar