Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

SETTING KEBENARAN SISTEM

Saya pernah diajarkan kebenaran oleh sistem, sehingga jika sistem mengatakan ini benar, maka saya harus membenarkannya. Sistem seakan menggantikan peran kitab suci. Kebenaran yang saya fahami kemudian terbangun secara masif dan sistemik. Lantas, apa yang sebenarnya benar akan saya salahkan karena menyimpang dari sistem yang saya percaya. Terkadang, hanya kepentingan golongan saya rela bertikai de ngan sahabat sendiri. Padahal tidak ada alasan kebenaran yang membingkai keyakinanku itu. Saya memperjuangkan golongan, tapi setelah itu meninggalkan nilai-nilai kebenaran. Dan nilai-nilai kebenaran yang seringkali saya tinggalkan itu adalah dakwah. Padahal konsep dakwah mengatakan "katakanlah kebenaran meski pahit terasa", tapi lagi-lagi jika bebenturan dengan sistem, lidahku lantas kelu untuk menyuarakan kebenaran. Tidak lagi kebenaran yang di usung, akan tetapi kepentingan. Saya jadi teringat sama peristiwa yang menimpa Quzman. Dia adalah pejuang perang uhud y...

DIRIKU YANG RAPUH

Aku adalah layang-layang yang putus dari benangnya, melayang tak menentu, terombang-ambing dan memasrahkan keadaan pada angin yang berhembus. Aku adalah buih, terombang-ambing penuh ketidak pastian dan terengut keganasan gelombang yang menghantam bebatuan cadas. Menempel dan meresap kemudian menghilang. Aku adalah pohon dimusim gugur yang ditelanjangi angin dan juga musim. Terpekur malu melihat baju-baju kebanggaan yang mulai tertanggalkan. Aku adalah bola sepak, yang rela engkau tendang kesana kemari, berbenturan keras dengan kakimu yang tak berhati. Terpental penuh rintihan bisu, yang senantiasa menyunggingkan senyum dibibir agar kau tidak melihat kegetiranku dan engkau bisa dengan bahagia mempermainkan aku. Aku adalah kapal tanpa nahkoda yang terjerat pada lautan segi tiga bermuda. Suasana menakutkan siap melumat diriku yang kian gamang. Aku adalah kertas ujian dicampakkan setelah dipakai. disobek-sobek oleh ibu-ibu penjual sayur dan diberikan pada ibu-ibu d...

Pezina Negara

Negara tidaklah damai dengan janji para penjilat kekuasaan. Justru, merekalah yang menodai kesucian bumi pertiwi. Mereka pezina yang tak tahu diri. Meraup untung di rumah sendiri. Menjadi penindas bagi keluarga sendiri. Dan sekarang, mereka berteriak dengan nama kebohongan publik. Banyak yang membuta karena dawai siasat telah mengaburkan nuraninya.

Muslimah Bercadar

Kagumku pada engkau wanita bercadar. Suaramu bisu tapi nyata. Wajahmu adalah mutiara didasar lautan terkubur bulir pasir dan berpenjaga raja laut. Tiada seorangpun yang bisa menyentuhmu dengan mudahnya. Jika terus memaksa, para penjagamu akan memangsanya. Kamu tampak semakin anggun meskipun dalam dunia ilusi saya melihatnya. Imanmu laksana sayap yang mekar mengarungi luasnya angkasa. Iman berkun cup kidung kedamaian. Hingga nanti tiba waktunya, Aku ingin memetik kelopakmu lewat ijin darimu. Aku ingin meminangmu dengan mahar suci dari Ridlo Tuhan. Wahai engkau, pemudi berniqob iman. Aminkanlah harapku, agar semampai ilalang meneduhkanku dalam keteduhan hati.

Pengagum Sastra

Para pengagum sastra adalah mereka yang terjerat dalam pahitnya hidup Air matanya mengering, dan hatinya penuh erangan. Jemarinya tak pernah berhenti mengisahkan derita hati. Bahkan ia semakin lihai bak penari kepedihan yang kian menggemulai. Mata sayu meraba keadaan. Membantu intuisi untuk mengembara menemukan inspirasi. Dia menumpahkan pahitnya hidup dalam kata-kata. Kata-kata itu adalah rangakaian bait bisu dengan suara kepedihan. Banyak orang yang tidak mengetahui kegamangan jiwanya. Tapi, jemarinya mengenal betul kerapuhan dirinya. Kisahnya adalah layar kehidupan yang tidak mudah disobek dengan cakar hari. Hari-hari itu teramat pendek untuk merobek layar kehidupannya yang kian memanjang dan mengembang. Dan saya ingin hidup sepertinya. Hidup ditengah gegap-gempitanya rasa dan pahitnya kisah.

Muslimah

Wanita Muslimah adalah butiran permata indah. Ia tersusun dari manik-manik kemulyaan, berkilauan kehormatan. Agama menjadi mahkota keagungannya, akhlaq menjadi basis perangainya. Perangainya lembut nan menawan. Dia bagai murai yang bertengger di dahan kesucian, cantiknya memancar abadi. Suaranya adalah melodi kehidupan. Bersenandung ria penuh kewibawaan. Kata-katanya mengalir deras dari mata a ir wahyu. Bibirnya basah dengan tilawah qur'aniyah. Duhai... Terdengar dawai iman yang meneduhkan nuranimu. Imanmu adalah syurga menyejukkan bagi hati yang mengering dahaga. Namun, Di era global, kemanakah iman sejatimu wahai para muslimah? Engkau muslimah, tapi sangat hemat terhadap pakaian. Tubuhmu kau biarkan menyembul menggoda. Kemolekan auratmu kau gadai begitu saja, bahkan paha mulusmu kau pertontonkan dengan harga murahan, lebih murah daripada paha ayam pasaran. Kini, kehormatanmu luruh. Tergelepar menjadi serpihan-serpihan yang hina dina. Dengan semua itu, kam...

Muslimah Berniqab

Hai kau jelita yang tak bermuka, dibalik tabir ilusi, ku mengagumimu. Hai hati yang berniqob iman, berpurdah taqwa dan berhijab Ihsan. Engkau terlihat cantik mempesona. Cantikmu memancar dari permaisuri bidadari keabadian. Kaulah ladang impian bagi bibit para muttaqin. Mereka meminangmu dengan mahar iman dan taqwa. Lamaran mereka adalah lamaran pangeran syurga. Kau menjadi permata istimewa yang bertahta dalam bilik istimewa singgasananya. Hai, kau permata jelita. Engkau menjadi idaman syurga abadi. Mulyakanlah dirimu sebagaimana Tuhan memulyakanmu. Dan, hingga ujung dunia nanti, kau akan menemukan kebahagiaan yang abadi.

Salsa Si Sungai Syurga

Hai Salsa... Namamu indah nian. Namamu adalah aksara yang mengucur dari telaga firdaus. Perangaimu berbalut kesejukan dari dahan penghuni syurga. Para musafir sahara mahsyar mengelu-elukan sejuknya embun permatamu yang menggelinding menyejukkan dirongga dahaga yang mencekik bahagianya. Imanmu adalah mahligai keteduhan. Hatimu merunduk syahdu berpigura taqwa. Kini kau berdiri ditungku pesakitan. Ragamu mengerang penuh kepedihan. Dahakmu berlendir darah. Sendi-sendi tubuhmu kini terajut dengan duri-duri runcing. Engkau merintih, memendam bilur kesakitan. Pancaran butiran indera penglihatanmu terpancar sayu. Ragamu lemah, tapi imanmu sehat. Keimananmu semakin liar tak kendali. Engkau bak mentari yang membakar diri. Orang-orang menganggapmu aneh, tapi mereka mengambil manfaat darimu. Kau rela sakit demi melihat orang disekitarmu menyunggingkan senyum bahagia. Engkau laksana jingga senja. Parasmu elok menawan diufuk abadi. Setiap mata mengagumi elokmu. Mereka c...

Logika & Raga

Suasana sunyi tidaklah menjadikan diriku kesepian, justru logikaku kian bergolak. menari tak terkendali. Logikaku kian "bawel", berceloteh akan banyak hal. Logika kian membabi buta, akan tetapi raga mulai melemah. Oh ternyata, raga di ajak berdialektika logika. raga mulai bosan, Ia pun menghindar, menghempaskan onggokan tubuhnya diatas ranjang. Ah, Lelah!

Budak

Manusia penurut ketika mau mengkritik tuan-nya, dia hanya bisa menggerutu dalam hati. lisan-nya keluh untuk bersilat lidah. bibirnya terkatup dan enggan untuk bergumam. Dia ingin melakukan perlawanan, tapi ia tidak mampu karena sikap penurut dia yang menjerat hasrat perlawanannya. Lantas, ia hanya nurut tanpa mengkritisi. Ia lahir sebagai penurut yang hanya jadi pesuruh. seperti sapi pembajak sawah, ia tetap nurut meski dicambuk! mulutnya di "cocok" dengan anyaman yang terbuat dari bambu. bahkan untuk berpesan-pun ia tak mampu. Ia hanya bisa mengiba sedih sembari menurut pada setiap keadaaan.

Jujur Yang di Politisir

Jujur menjadi barang langka. Manusia seringkali berbohong, bahkan ia suka untuk berbohong. dibohongi juga suka. meski kantong terogoh nyesek, manusia tetap ridlo. Manusia adalah makhluk pembohong & sangat menikmati untuk dibohongi. contoh riilnya, manusia suka dengan pertunjukkan sulap, padahal sulap itu hanyalah pembohongan publik, penuh ilusi dan tipu daya. Ada lagi, "sinetron". sinetron adal ah karya bohong yang dikemas secara apik oleh para pembohong, dan tentunya, ini disuguhkan kepada manusia-manusia yang suka dibohongi. Sama diri sendiri saja manusia sering bohong, apalagi dengan orang lain. seringkali manusia mengucap komitmen diri, tapi toh, nyatanya ia seringkali mengingkari. Lisan manusia sering menyebut-nyebut dan menuhankan Tuhan sejati, tapi lagi-lagi manusia kerapkali terkecoh tanpa sadar menuhankan imajinasi. tuhan yang dipuja ternyata yang direkayasa imajinasi. Sebuah lamunan introspeksi diri!

Senandung Romansa Malam

Desiran kumbang malam mulai bertabuh membentuk simphony. Penat yang terpintal lantas terurai. Imajinasiku diajak berkelana. Menyisiri pematang malam yang berdesis angin. Kerlip gemintang bersorak ria bak lampu disko. Rembulan tersipu mengintip dibalik kabut kelabu. Inilah romansa malam. Bersayap angan, bersenandung sunyi. Dan malamku indah berbingkai desir angin yang membelai.

Elit Otak Udang

Pikiran rakyat terpasung oleh kebenaran yang sengaja dibuat-buat. Media massa memerankan perannya dengan sangat apik. Orang yang jelek menjadi baik dan yang baik menjadi jelek. Kita mengenal ini sebagai pencitraan. Negaraku tidak lantas menjadi makmur karena pencitraan yang sengaja dibuat baik. Malah sebaliknya, negaraku kian amburadul. Karena media, orang lantas menjadi dermawan dadakan. Dia jadi pahlawan bagi rakyat yang tertindas saat itu. Ia, hanya saat itu saja. Janji-janji manis teruntai dari bibir dusta. Kertas-kertas bergambar pahlawan mulai bersemi sayapnya. Ia terbang dan hinggap bagi suara yang bersangkar murah. Para elit adalah udang dibalik batu. Loh, kenapa harus udang yang dibalik batu? Kenapa bukan kepiting? Kenapa pula bukan ikan? Dan kamu memilih "udang" sebagai aksara analogi. Ya, kamu tahu. Kepala udang memuat kotoran. Dan mereka (para elit) itu berotak kotoran. Janjinya manis tapi berbau bangkai. Mahkota yang mereka pakai adalah...

Hidup di Dunia Sastra

Aku ingin hidup di dunia sastra merajut aksara ber-pitakan kata... Aku ingin aksara-ku bermuatan magic yang dapat menghipnotis kesadaranmu Aku ingin berceloteh riang tanpa beban mengurai penat yang mengucur lewat jemari Aku ingin jiwaku yang kosong ini jadi sangkar murai berkicau riang didahan kedamaian.. Dan aku ingin hidup berkubang makna berjubah rasa. Aku ingin Semuanya!

Romansa Jingga

Semburat jingga berciuman mesra dengan bibir pantai. Ah, diriku hanya melongok tertegun melihat ke elokan ini. Mesra nian... :-)

Coretan di Bibir Senja

Senja menyapa! Bagaimanakah kabar hatimu di jingga senja ini sahabatku? Masihkah ia berdiri ditangkai rasa bersketsa iman.? Saya melihat kelopak imanmu merekah indah berkuncup taqwa, Dedaunannya Islam yang bersemi rimbun meneduhkan. Dan akarnya adalah sepuhan emas dengan bingkaian aqidah. Akarnya mencengkram erat penuh makna. Benarkah semua itu sahabatku? Masihkah semuanya membalut dan membingkai hatimu? Imanmu adalah pelangi jiwa. Hatimu bertulip taqwa. Idahnya merajut iman berbalur taqwa. Jingga senja menyemburat indah dibibir kehidupan. Dan ini jadi saksi, akan ke Maha Agungan Tuha

Beranda Aksara

Maaf sahabat, Beranda saya bukanlah keranjang yang dianyam untuk beriklan. Beranda saya adalah anyaman aksara. Jika ingin menandai saya, pintalah aksaramu dengan baik. Dan saya akan menyunggingkan senyum hati untuk menyambutmu. Ku tengadahkan niaga aksaramu. Dan lidah penari saya akan membentuk suara, Ini adalah pernik permata aksara yang tak ternilai harganya Saya suka orang yang berniaga Tapi itu ada tempatnya. Niaga saya adalah niaga aksara Dan saya ingin mengiklankannya dengan rajutan kata yang bermakna. Sekali lagi maaf....! Lewat aksara di hening malam ku rajut kata "maaf". Dan "maaf".

Menyambut Berkah Ramadhan

Terdengar desah nafas ramadhan kian dekat Aromanya wangi kesturi Sayap berkahnya terasa mengembang Mengepak terbang menjemput hikmah langit Lantas, Ia terjun bertengger di dahan sakinah para shalihin Sayapnya adalah pohon rindang yang teduh Para shalihin semakin sejuk menyandarkan hati Bibirnya basah dengan lantunan aksara Tuhan Para mustad'afin bersendawa ria Mencumbuhi berkah yang tiada habisnya Rahmat Tuhan mengucur membentuk aliran sungai maya pada Siapapun bisa mereguk bulir-bulir kesejukannya. Ramadhan dengan rinai berkah Ia mengucur beriringan tanpa henti. Rerimbunan gaharu menjadi pena Ramadhan Yang kan menulis rahmat dan berkah dari Tuhan.

Janji Yang Terkoyak

Tuhan.... Hatiku berdesir hebat karena takut Bola mataku basah dengan lendir tangis Ada apa denganmu wahai sahabatku? Penantianku mengusang berkarat Janjimu robek oleh waktu. Rinai tangis membanjir Bayangku mengintai bersama angin rindu Menyusup lewat jendela kamarmu Dan, binar kesedihanku membanjir melihat engkau terbaring lemah tak berdaya

Reformulasi SDM Melawan Ketertindasan

Gambar
Oleh : Taqwim Mahasiswa Jurusan Tarbiyah  Fakultas Agama Islam  Universitas Muhammadiyah Malang dimuat di Harian Bhirawa. Rabu, 11 Juni 2014 Setiap orang menginginkan kebebasan tanpa ada kekangan, terlepas dari segala bentuk tirani. Tirani bak jeruji yang hanya mengebiri kebebasan manusia. Manusia yang terbelit tirani seperti burung yang terperangkap kedalam sangkar. Tirani-tirani itu termanifestasi dalam beberapa hal. Bisa berupa kebodohan, kemiskinan, ketidak beruntungan dalam mengenyam bangku sekolah dan lain-lain. Yang jelas, itu semua adalah bentuk tirani yang mendiskriminasi kehidupan manusia.   Seseorang mudah terpengaruh akan lingkungan karena ketidakberdayaannya dalam memberikan proteksi dirinya, sehingga ia hanya nurut saja, tanpa adanya protes. Manusia yang lemah maka akan tertindas dan banyak juga yang manusia yang tertindas akan tetapi tidak sadar jika ditindas. Dia tertindas oleh retorika pembebasan yang menipu, te...

Puisi Untukmu Sahabatku!

KADO UNTUKMU SAHABATKU Oleh : Taqwim Sahabat, Tetaplah semangat menjalani hidup Drama kehidupan ini adalah siklus yang harus di jalani   Tak usah engkau bersedih, menyesali nasib dan bahkan memarahi Tuhan Percayalah, Tuhan hendak merencanakan sesuatu yang istimewa buatmu. Mungkin kamu sering melihat, banyak orang yang memaki langit ketika mendung, apalagi jika mendung itu disertai kilatan petir dan gelegar guntur yang memekakkan telinga Orang-orang terkadang sibuk memarahi Tuhan dengan itu semua, padahal Tuhan hendak menyuguhkan pelangi nan indah buatnya. Hai sobat, Tetaplah semangat menjalani hidup Sakit bukanlah penghalang untuk tersenyum Cobalah tersenyum! Nah, coba lihat betapa cantiknya senyummu itu Mengeluh akan rasa sakit yang mendera hanyalah akan membuatmu lupa arti senyum Padahal senyummu itu indah Senyummu adalah Maha Karya Tuhan di dunia Senyummu adalah penyejuk bagi mata yang memandang Jadi, Jangan ka...