SABDA KEBENARAN
SABDA KEBENARAN
- Kebenaran adalah kesalahan yang belum terungkap dan kesalahan adalah kebenaran yang belum terbuktikan - Sabda kebenaran ilmu.
Sesuatu yang tidak diketahui bukan berarti sesuatu itu tidak ada, ia
ada. Bahkan benar-benar ada. Diri kita hanya tertipu oleh indera yang
serba terbatas. Kebenaran itu ada, meski kita tidak tahu bagaimana wajah
asli kebenaran yang kita yakini itu.
Tetap, hak paten kebenaran hanya pada Tuhan. "Al-haqqu min Rabika"
Begitulah keyakinanku. Tuhan yang mempunyai kebenaran, dan manusia hanya
berprasangka kalau apa yang dia lakukan itu adalah benar. Kebenaran
manusia bukan bersifat monolitik, bahkan ia plural. Beragam sekali
kebenaran yang lahir dari diri manusia. Kebenaran yang diyakini oleh
seseorang mungkin akan berbeda dengan kebenaran yang diyakini oleh orang
lain. Mungkin kita pernah mengalami hal semacam ini. Kebenaran yang
sifatnya ganda bahkan plural!
Sungguh benar pernyataan yang menyatakan kebenaran versi manusia adalah relatif. manusia membawa kebenaran versi mereka masing-masing. Biasanya, yang mendominasi bahasalah yang berpotensi besar untuk menguasai kebenaran. Sebuah sistem yang absurd jika dikonstruk dan dipoles dengan bahasa yang memukau, ia seakan berwujud kebenaran. Padahal itu kebenaran palsu. Betapa berbahanya kebenaran yang di desain seperti ini? Ibarat racun bermerek madu.
Desublimasi represif, rangkaian kata tersebut digunakan dalam istilah sosiologi yang mencerminkan ketertindasan tanpa perlawanan. Banyak orang yang tertindas, akan tetapi mereka lebih memilih untuk tidak melawan. Mereka lebih menikmati penindasan itu. Paulo Freire menyebutnya sebagai kebudayaan bisu. Kebudayaan bisu itu ada ketika orang-orang yang hak-hak manusiawinya ternistakan dan hak asasinya ditekan serta dibenamkan agar tidak berdaya.
Banyak orang-orang yang berjiwa feodal atau kapitalis yang menggunakan bahasa sebagai standar kebenaran, sehingga kaum yang tertindas akan manggut-manggut tanpa protes terhadap ketertindasan yang mereka alami. Sederhana saja, karena mereka terprovokasi oleh bahasa, bahwa bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang suka menindas itu adalah benar adanya. Orang yang tertindas lantas berkeyakinan, bahwa mereka tercipta hanyalah untuk jadi pekerja.
Ini yang sekarang menjadi PR bagi negeri ini. Negeri yang bertanah syurga dengan limpahan kekayaan yang luar biasa. Akan tetapi banyak pribumi yang berpuas diri menjadi pekerja di rumah sendiri. Kekayaan alam yang tereksploitasi oleh penjajah bermuka tamu negara. Negeriku dihuni para budak yang ternistakan hak-haknya. Bukalah mata hati, carilah kebenaran akan hak-hak manusia yang sekarang masih berada dirahim kesalahan. Rahim-rahim kesalahan itu menyimpan janin kebenaran. Jadilah bidan untuk kelahiran kebenaran yang memanusiakan manusia. Selamat berjuang dari ketertindasan diri!
Sungguh benar pernyataan yang menyatakan kebenaran versi manusia adalah relatif. manusia membawa kebenaran versi mereka masing-masing. Biasanya, yang mendominasi bahasalah yang berpotensi besar untuk menguasai kebenaran. Sebuah sistem yang absurd jika dikonstruk dan dipoles dengan bahasa yang memukau, ia seakan berwujud kebenaran. Padahal itu kebenaran palsu. Betapa berbahanya kebenaran yang di desain seperti ini? Ibarat racun bermerek madu.
Desublimasi represif, rangkaian kata tersebut digunakan dalam istilah sosiologi yang mencerminkan ketertindasan tanpa perlawanan. Banyak orang yang tertindas, akan tetapi mereka lebih memilih untuk tidak melawan. Mereka lebih menikmati penindasan itu. Paulo Freire menyebutnya sebagai kebudayaan bisu. Kebudayaan bisu itu ada ketika orang-orang yang hak-hak manusiawinya ternistakan dan hak asasinya ditekan serta dibenamkan agar tidak berdaya.
Banyak orang-orang yang berjiwa feodal atau kapitalis yang menggunakan bahasa sebagai standar kebenaran, sehingga kaum yang tertindas akan manggut-manggut tanpa protes terhadap ketertindasan yang mereka alami. Sederhana saja, karena mereka terprovokasi oleh bahasa, bahwa bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang suka menindas itu adalah benar adanya. Orang yang tertindas lantas berkeyakinan, bahwa mereka tercipta hanyalah untuk jadi pekerja.
Ini yang sekarang menjadi PR bagi negeri ini. Negeri yang bertanah syurga dengan limpahan kekayaan yang luar biasa. Akan tetapi banyak pribumi yang berpuas diri menjadi pekerja di rumah sendiri. Kekayaan alam yang tereksploitasi oleh penjajah bermuka tamu negara. Negeriku dihuni para budak yang ternistakan hak-haknya. Bukalah mata hati, carilah kebenaran akan hak-hak manusia yang sekarang masih berada dirahim kesalahan. Rahim-rahim kesalahan itu menyimpan janin kebenaran. Jadilah bidan untuk kelahiran kebenaran yang memanusiakan manusia. Selamat berjuang dari ketertindasan diri!
Komentar
Posting Komentar