WAKTU ADALAH NAFAS
WAKTU ADALAH NAFAS
Setiap jam terlewati, setiap hari berlalu dan setiap kesempatan bergulir dengan cepat. Semuanya itu tidak mungkin mundur kembali. Waktu adalah nafas yang tak akan pernah kembali lagi. Selepas itu dia akan meninggalkan kita, tanpa peduli apakah kita berharap untuk kembali ataukah tidak. Waktu tidak akan berbelas kasih pada seorang ibu yang melahirkan bayi prematur, seorang siswa yang gagal dalam Ujian Nasional, seseorang yang gagal menolong temannya yang tenggelam dalam hitungan menit. sepasang pengantin yang gagal menikah setelah lama mempersiapkannya. Dia akan tetap lari, melesat cepat. Dia akan tetap bergulir ke depan dan tak akan pernah menoleh ke belakang apalagi berhenti bergulir, karena dia tahu bahwa tugasnya adalah berjalan ke depan dan bukan mundur ke belakang atau bahkan berhenti. Maka merugilah orang-orang yang tidak mempergunakannya dengan baik.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Rasulullah
SAW bersabda yang artinya; “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai dari
kedua nikmat tersebut, kedua nikmat itu adalah nikmat kesehatan dan nikmat waktu
luang”. (HR. Bukhari).
Kedua nikmat ini tidak akan di jumpai pada diri seorang pemalas,
seseorang yang suka berpesta dalam ke sia-siaan dan seseorang yang abai tehadap
waktu. Dan waktu akan menjadi sangat berharga ketika seseorang berada dalam
kesibukan yang tiada henti dan penyesalan yang tiada terkira.
Dalam era gobalisasi seperti sekarang ini, media untuk melenakan
hati dan menstimulus jiwa agar terjerat dalam lembah ke sia-siaan semakin
kompleks. Sebut saja facebook, twitter, WA, line, BBM, playstation dan produk
digital yang melenakan lainnya. Dunia digital ini semakin kejam menjerat
manusia dalam kubangan ke sia-siaan. Menjadikan seseorang semakin apatis
terhadap sesama dan bahkan membutakan hati dengan mengkitab sucikan tekhnologi
daripada kitab suci itu sendiri. Tekhnologi seakan sudah menggantikan posisi
kitab suci.
Satu contoh saja, pada jejaring sosial facebook. Berapa banyak
orang yang merugi karena tidak bisa menggunakan dengan baik jejaring sosial
ini? Banyak waktu yang terbuang sia-sia. Di jejaring sosial ini, kita juga bisa
melihat berapa banyak orang yang saling menghujat. Saling ghibah (membicarakan
orang lain). Menampakkan aurat di muka publik dan lain sebagainya.
Allah SWT berfirman yang artinya; “Apakah kalian mengira bahwa kami
menciptakan kalian untuk main-main dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan
kepada kami?”. (Al-Mukminun : 115).
Waktu adalah modal berharga bagi seseorang. Ia adalah ladang
kehidupan yang terbentang. Sedangkan rangkaian umur manusia adalah petani yang
akan memanfaatkan ladang tersebut untuk bercocok tanam. Pada jemari petani
tersebut tergenggam bibit kebaikan dan bibit keburukan. Lantas, bibit manakah
yang akan ditabur? Ini adalah pilihan, dan setiap pilihan akan menuai
akibatnya. Dan pada kehidupan akhirat nantilah akan dipanen apa yang sekarang
tertanam.
Sebagai seorang muslim, maka sudah sepatutnya kita maksimalkan
kesempatan yang telah diberikan oleh Allah ini. Siapa yang tahu, kapan
berakhirnya umur? Mungkin hanya tinggal hari ini. Kematian akan terus mengintai
nafas. Maka anggaplah umur kita hanya hari ini. Shalat yang kita lakukan hari
ini adalah shalat yang terakhir. Tilawah al-quran yang kita senandungkan hari
ini adalah tilawah terakhir. Maka beribadahlah dengan ibadah perpisahan. Pada
hari inilah kita harus bertekad untuk mempersembahkan kualitas ibadah yang
paling istimewa, ibadah yang penuh ketundukan, keikhlasan dan keberserahan
diri.
Pergunakanlah waktu sebaik mungkin. Terlebih jika umur kita masih
berbilang muda. Karena masa muda adalah masa paling prima. Masa yang di mana
seseorang akan dengan mudah melakukan segala bentuk ibadah, terlebih ibadah
yang melibatkan persoalan fisik. Kaitannya dengan hal ini, Rasulullah SAW
bersabda dalam sebuah haditsnya; “Tidak akan bergeser kaki seorang manusia
dari sisi Allah pada hari kiamat (nanti), sampai ia ditanya tentang lima (perkara);
tentang umurnya, untuk apa dihabiskan? Tentang masa mudanya, untuk apa
digunakan? Hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan? tentang
ilmunya, bagaimana dia mengamalkannya?” (HR. Tirmidzi : 2416, dihasankan
oleh syaikh al-albani)
Imam Abul “Ula al-Mubarakfuri berkata, Rasulullah menyebutkan
“seorang pemuda” secara khusus, karena usia muda adalah masa yang berpotensi
besar untuk didominasi nafsu syahwat, disebabkan kuatnya faktor yang mendorong
untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda. Maka dalam kondisi seperti
ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah tentu lebih sulit
dan ini menunjukkan kuatnya nilai ketaqwaan dalam diri seseorang tersebut. (Tuhfatu
Al-Ahwadzi, 7/57).
Komentar
Posting Komentar