YANG KECIL YANG TERTINDAS

YANG KECIL YANG TERTINDAS



Seorang anak kecil ketika menginginkan sesuatu, maka ia akan menunjuk-nunjuk apa yang diinginkannya tersebut. Jika tidak dipenuhi, maka dia menggunakan senjata selanjutnya yaitu “menangis”. Tangisannya akan semakin keras manakala apa yang diinginkan itu belum juga terpenuhi. Mungkin dia akan meraung-raung sambil menjejakkan kakinya. Dan dia akan diam ketika apa yang diinginkannya itu sudah terpenuhi.
Seakan sudah menjadi hukum alam, bahwa orang kecil harus mengiba terlebih dahulu agar apa yang diinginkannya itu terpenuhi. Rakyat akan mengiba kepada pemerintah. Buruh akan mengiba kepada majikan. Siswa akan mengiba kepada guru. Mahasiswa akan mengiba kepada dosen. Seorang anak kecil akan mengiba kepada orang tuanya. Bawahan akan mengiba kepada atasan, dan lain sebagainya.
Ironis memang, dunia ini seakan milik mereka yang berkuasa. Harimau akan tetap bringas karena dia berkuasa dengan kekuatan yang dimilikinya. Harimau mempunyai taring yang tajam, cakar yang kuat dan kaki yang lincah. Dia bisa mengejar mangsanya dengan begitu mudah. Melumpuhkan dalam waktu yang relatif singkat. Begitu juga dengan penguasa. Mereka punya taring, cakar dan juga kaki yang begitu gesit. Mereka mempunyai taring berupa kekuasaan, punya cakar berupa uang dan punya mata-mata yang siap mengintai. Thomas Kuhn mengistilahkan yang demikian dengan istilah “Homo Homini Lupus” (manusia akan menjadi serigala bagi manusia yang lain).
Kemanusiaan telah terenggut oleh para penguasa. Merekalah yang merampas kebebasan rakyat kecil untuk menjadi manusia seutuhnya. Rakyat kecil juga manusia yang menginginkan kebebasan dari segala bentuk tiran, diperlakukan secara adil dan manusiawi. Semua itu seakan menjadi omong kosong belaka. Kebebasan yang mereka peroleh adalah kebebasan yang dipilihkan. Kemanusiaan yang ada pada diri rakyat kecil adalah kemanusiaan yang terbentuk oleh sistem penguasa. Mereka seakan menjadi robot mainan bagi orang-orang yang berkuasa. Penguasa akan dengan mudah membuat sistem untuk mengakomodir semua kepentingannya. Dalam sistem demokrasi, rakyat mempunyai otoritas penuh karena dialah yang punya kuasa. Akan tetapi sungguh sangat disayangkan, kekuasaan tersebut hanyalah penghibur kegalauan semata. Karena sejatinya, yang mempunyai kuasa sebenarnya adalah mereka yang ditunjuk sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat yang memorsikan diri sebagai majikan bagi majikannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan dan Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam

Review Pengantar Evaluasi Pendidikan

Sejarah Singkat Himpunan Pemuda Muslim Mencorek (HPMM)