AL-QUR'AN SEBAGAI PEMANIS BIBIR

AL-QUR'AN SEBAGAI PEMANIS BIBIR



Di kampung saya kerap mendapati lantunan al-quran di corong-corong menara Masjid. Sungguh indah lantunan itu, mengalun dari bibir para pelantun al-quran. Para pelantun al-quran seakan tiada lelah menggumamkan ayat-ayat suci al-quran.

Saya kemudian berfikir, apa sih sebenarnya fungsi dari al-quran? mengapa banyak orang yang melantunkannya? Adakah yang istimewa dari apa yang dibaca pelantun al-quran tersebut?

Saya kemudian baca literatur-literatur seputar akan hal ini, dan akhirnya saya dapati bahwa fungsi al-quran di antaranya adalah sebagai petunjuk, sebagai pedoman hidup, sebagai tuntunan dan hukum untuk kesejahteraan hidup. Dari al-quran diharapkan manusia bisa lebih terarah, mencapai titik keseimbangan, peduli terhadap sesama, menumbuhkan nilai-nilai sosial dan juga bertindak bijak terhadap alam.

Lantas kemudian saya berfikir dengan konstruk berfikir yang bertendensi ke arah sosial, di seputar pikiran saya bergemuruh beberapa pertanyaan;

1. Apakah hanya dengan melantunkan orang yang kelaparan bisa kenyang?
2. Apakah dengan melantunkan al-quran maka konflik dan pertikaian itu akan terhenti?
3. Apakah dengan melantunkan saja seorang anak yang tidak bisa masuk sekolah karena biaya bisa langsung dapat uang untuk biaya sekolahnya?
4. Dan tentu saja pertanyaan-pertanyaan yang lain.

Dari sini kemudian saya memahami, bahwa al-quran diturunkan Tuhan untuk manusia bukan hanya untuk di baca saja, tapi juga untuk dipelajari, difahami dan kemudian direalisasikan dalam kehidupan.
Jika al-quran diperlakukan demikian, maka ia akan menjadi stimulus bagi manusia untuk membumikan kemanusiaannya. Ia akan terangsang untuk berbuat baik kepada manusia, alam, binatang tumbuhan, dan bahkan seluruh makhluk. Dan tentunya al-quran akan menjadikan manusia lebih banyak bersyukur terhadap Tuhan atas limpahan pengetahuan serta nikmat yang diberikan.

Al-quran diturunkan bukanlah untuk lipstik bibir semata, tapi jauh dari itu, al-quran diturunkan untuk dipelajari, difahami dan di amalkan. Memang, membaca saja sudah mendapat pahala, tapi itu bukanlah substansi dari diturunkannya al-quran.

Bagi yang membaca saja belum tentu dapat petunjuk. Lantas, bagaimana dengan mereka yang tidak pernah membaca sama sekali? mereka yang tidak pernah mendengarkan? dan mereka yang tidak mau tahu dengan al-quran?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan dan Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam

Review Pengantar Evaluasi Pendidikan

Sejarah Singkat Himpunan Pemuda Muslim Mencorek (HPMM)