KRITIK DOGMA

Hai, sahabat.
Antara saya dan kamu itu impossible menyatu.
Kita adalah sahabat.
Mari kita jaga kesucian itu.



Kamu punya prinsip, begitu pula saya.
Kita ibarat minyak dan air di dalam gelas.
Kita menyatu dalam perbedaan tapi tidak bisa menyatu dalam dzatnya.
Dzat yang ku maksud disitu adalah bahtera rumah tangga.



Meski demikian,
Terkadang saya bertanya-tanya.
Mengapa ada perbedaan jika persatuan itu indah.
Bukankah perbedaan itu diciptakan supaya menyatu?


Allah menciptakan laki-laki, Allah pula yang menciptakan wanita.
Dengan begitu, mereka bisa menyatu dalam dzat yang berbeda.


Mengapa ada NU?
Mengapa ada Muhammadiyah?
Mengapa ada Salafi?
mengapa ada Ikhwanul Muslimin?
Mengapa ada Jama'ah Tabligh?
Mengapa ada Sunni?
Mengapa ada Syi'ah?
Mengapa ada semuanya itu? Jika Islam indah.



Islam menyatukan yang berbeda dan mengharmoniskan persatuan.
Seorang mukmin dan mukmin yang lain itu ibarat sebuah bangunan.
Antara satu dan yang lain saling menguatkan.
Islam benci akan sikap ashobiyah (Fanatik Golongan)
Sikap egois, merasa benar sendiri.
Melegitimasi kebenaran yang sifatnya dzanni (dugaan)



*Jadi teringat ungkapan bijak dari seorang ulama' madzhab,
مذهبنا صحيح يحتمل الخطا، ومذهب غيرنا خطأ يحتمل الصواب.
"Pendapat kami itu benar (menurut kami), namun bisa terselip kemungkinan salah. Pendapat orang lain bisa jadi salah (menurut kami), tapi terselip kemungkinan ada kebenaran".


*Ku berdiri, Menggugat Doktrin Fanatis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan dan Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam

Review Pengantar Evaluasi Pendidikan

Sejarah Singkat Himpunan Pemuda Muslim Mencorek (HPMM)