Prosa Jiwa
Sahabatku,
Catatan ini bermula dari kedalaman jiwa.
Ini adalah jeritan hatiku.
Catatan ini bermula dari kedalaman jiwa.
Ini adalah jeritan hatiku.
Hatiku berdarah, tercabik derita.
Aku sadar, meski bersimbah luka aku rela.
Aku sadar, meski bersimbah luka aku rela.
Gumamku menggetar,
"Kesucianmu lebih berharga"
"Kesucianmu lebih berharga"
Daripada belatung yang bermukim di jiwaku.
Aku melihat,
Sebelum hadirku engkau adalah camar yang bersayap bebas.
Lantas setelah hadirku sayap itu patah penuh luka.
Engkau tidak sebebas dulu.
Sahabatku,
Dulu sayap imanmu mengepak sempurna
Melintas cakrawala senja jingga
Engkau nampak elok memukau diketinggian "iffahmu".
Kini,
Kau seakan terborgol.
Hadirku mengusik dan menggerogoti imanmu.
Pada semak belukar dosa aku mengiba
Tuhan-ku yang Maha Sempurna
Menyayangkan sikapku yang semakin kerdil.
kamu tahu sahabatku,
Betapa ngilu dan tercabiknya hatiku.
Aku kan belajar kuat.
Meski ku tahu,
Aku berdiri pada kaki ketabahan yang rapuh.
Izinkan aku belajar untuk mengikhlaskan mutiara berhargaku.
Aku mohon mutiara itu semakin bercahaya penuh makna.
Tetaplah menjadi permata keabadian yang dirindukan.
*Maafkan aku sahabatku.
Sebelum hadirku engkau adalah camar yang bersayap bebas.
Lantas setelah hadirku sayap itu patah penuh luka.
Engkau tidak sebebas dulu.
Sahabatku,
Dulu sayap imanmu mengepak sempurna
Melintas cakrawala senja jingga
Engkau nampak elok memukau diketinggian "iffahmu".
Kini,
Kau seakan terborgol.
Hadirku mengusik dan menggerogoti imanmu.
Pada semak belukar dosa aku mengiba
Tuhan-ku yang Maha Sempurna
Menyayangkan sikapku yang semakin kerdil.
kamu tahu sahabatku,
Betapa ngilu dan tercabiknya hatiku.
Aku kan belajar kuat.
Meski ku tahu,
Aku berdiri pada kaki ketabahan yang rapuh.
Izinkan aku belajar untuk mengikhlaskan mutiara berhargaku.
Aku mohon mutiara itu semakin bercahaya penuh makna.
Tetaplah menjadi permata keabadian yang dirindukan.
*Maafkan aku sahabatku.
Komentar
Posting Komentar