DIRIKU YANG RAPUH

Aku adalah layang-layang yang putus dari benangnya, melayang tak menentu, terombang-ambing dan memasrahkan keadaan pada angin yang berhembus.

Aku adalah buih, terombang-ambing penuh ketidak pastian dan terengut keganasan gelombang yang menghantam bebatuan cadas. Menempel dan meresap kemudian menghilang.

Aku adalah pohon dimusim gugur yang ditelanjangi angin dan juga musim. Terpekur malu melihat baju-baju kebanggaan yang mulai tertanggalkan.

Aku adalah bola sepak, yang rela engkau tendang kesana kemari, berbenturan keras dengan kakimu yang tak berhati. Terpental penuh rintihan bisu, yang senantiasa menyunggingkan senyum dibibir agar kau tidak melihat kegetiranku dan engkau bisa dengan bahagia mempermainkan aku.

Aku adalah kapal tanpa nahkoda yang terjerat pada lautan segi tiga bermuda. Suasana menakutkan siap melumat diriku yang kian gamang.

Aku adalah kertas ujian dicampakkan setelah dipakai. disobek-sobek oleh ibu-ibu penjual sayur dan diberikan pada ibu-ibu dapur, lantas bermuara pada tong sampah.

Aku adalah bibit padi yang tak teraliri air.
Aku adalah lahan gersang yang tak satupun tetumbuhan mau untuk bermukim diatasnya. Aku kosong, aku hampa dan tidak bermakna.

Aku adalah musafir ditengah terik sahara yang merindukan setetes air kedamaian. Letihku enggan terkucur dan bahkan ketabahanku tercabik dan terburai.

Aku adalah kertas suara, dilindungi dan ditempatkan diruangan rahasia, lantas kemudian dicoblos dan dicampakan ke selokan seusai membantu mensukseskan kepentinganmu.

Aku adalah tanah liat yang berdebul disandal dan mengalir terbawa hujan lantas terpelanting dalam selokan, berkawan dengan lumpur kehidupan.

Aku adalah aku yang sekarang berdiri pada kaki kerapuhan, bertongkat kegetiran dan bermodal kelemahan.

Aku adalah ratap tangis yang kering dari air mata.
Aku adalah jeritan menyayat kata-kata yang tak bersuara.
Aku adalah aku yang berjalan berjalan dengan kaki kegamangan.

Aku adalah semua kepedihan.
Terjerat pada labirin ketidakberuntungan.
Duhai, Rembulan Tua pencahayaanmu semakin sayu.
Dan kini, pandanganku mulai mengabur pilu mengharap belas kasih dari dirimu yang kaya hati.


# Catatan hati yang rapuh.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan dan Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam

Review Pengantar Evaluasi Pendidikan

Sejarah Singkat Himpunan Pemuda Muslim Mencorek (HPMM)