Mengkonstruk Paradigma Baru Yang Ramah Lingkungan

Taqwim : 201110010311083
Tarbiyah FAI UMM


I.         PENDAHULUAN
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa salah satu komponen terpenting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena memang kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh para guru dan kepala sekolah. oleh sebab itu, wajar jika kurikulum yang seringkali dijadikan alasan penyebab merosotnya mutu pendidikan. Sehingga tak ayal reformulasi kurikulumpun seringkali dilakukan. 
Problematika kurikulum pendidikan di Indonesia misalnya diarahkan kepada kurikulum yang berorientasi pada pemberian bekal kepada peserta didik untuk mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang lebih besar, dan untuk bisa mengikutinya harus membutuhkan dana yang lumayan besar pula. Bisa dibayangkan efek setelah memperoleh pengetahuan tersebut.
Apa yang diupayakan oleh pendidikan di Indonesia dewasa ini tidaklah mampu menjawab berbagai persoalan yang kian mengglobal. Bahkan, produk pendidikan yang dihasilkan adalah produk-produk yang berpemahaman kapitalis.
Melihat kompleksitas persoalan yang dihadapi dunia pendidikan yang ada di Indonesia akhir-akhir ini, maka dibutuhkan sebuah upaya berani yaitu dengan mengkonstruk paradigma pendidikan lama ke paradigma pendidikan baru yang bertolak pada pengembangan manusia yang merdeka dan demokratis, yaitu manusia yang bertaqwa, berilnu pengetahuan, terampil, berakhlak dan bermoral tinggi, sehingga dapat berkarya dalam kehidupan masyarakat yang berjiwa kompetitif.
Ada beberapa pertanyaan yang sangat fundamen tentang wacana reformulasi paradigma pendidikan lama ke paradigma pendidikan baru, diantaranya:
Pertama, bagaimana cara membandingkan antara paradigma pendidikan lama dan paradigma pendidikan baru, serta bagaimana prospek paradigma pendidikan baru dalam menjawab kompleksitas pendidikan yang ada?
Kedua, konstruk pikiran paradigma lama yang bagaimanakah yang akan dikritik dan kemudian diganti dengan paradigma yang baru.
Ketiga, bagaimakah cara menyusun strategi untuk menjawab kompleksitas pendidikan yang kian mengglobal?
Pada pembahasan yang singkat ini penulis mencoba menghidangkan paradigma baru dalam mengkonstruk sistem pendidikan yang masih berorientasi pada paradigma lama, sehingga nantinya diharapkan akan adanya perubahan yang cukup positif dalam dunia pendidikan, terlebih untuk menjawab tantangan globalisasi zaman.


II.      PEMBAHASAN

A.    Upaya Untuk Mengkonstruk Paradigma Baru Yang Ramah Lingkungan
Teori modern pendidikan mengatakan bahwa pendidikan itu merupakan investasi masa depan. Sekilas, tidak ada yang salah dengan teori ini bahkan sudah menjadi keniscayaan bahwa pendidikan itu harus bersifat life long education (pendidikan itu harus bersifat sepanjang hayat). Lantas apa yang salah dengan pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini, mengapa lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia lebih produktif mencetak para cerdik cendikia yang korup, mencetak para politisi yang lebih bertendensi untuk memakmurkan diri sendiri atau untuk kepentingan kelompoknya semata, atau bahkan memproduk para kapitalis baru yang siap untuk menguasai pasar dan mendepak para pengusaha kecil.

Berorientasi pada teori modern diatas, dapat disimpulkan bahwa praktek pendidikan dewasa ini yang berpacu pada teori modern sebagaimana terlansir diatas, lebih mengedepankan aspek materi yang tanpa diimbangi dengan akhlak terpuji. Pantas saja jika prinsip ekonomi yang diajarkan disekolah menengah mengatakan “keluarkan modal sesedikit mungkin dan hasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya”. Fenomena seperti ini tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi jika moral spiritual dimarginalkan maka produk-produk kapitalis barulah yang akan terlahir. Jadi, selama moral spiritualitas, dalam konteks ini “agama” jika hanya dijadikan pelengkap penderita atau tidak dijadikan asas yang membias untuk mengkonstruk dan menata kehidupan publik seperti menjadikannya sebuah sistem pendidikan maka sistem pendidikan itu akan kehilangan ruh spritualnya.
Jika diperhatikan lebih lanjut, paradigma lama yang diterapkan di negeri ini lebih cenderung bersifat sentralistik, lebih bersifat top down (dari atas ke bawah), orientasi pendidikan hanya bersifat parsial. Karena memang pendidikan hanya didesain untuk sektor pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan, serta tekhnologi perakitan. Dalam hal ini, peran pemerintah sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan dan institusi non sekolah. Selanjutnya, seharusnya paradigma pendidikan negeri ini sudah sepantasnya untuk direkonstruksi dengan paradigma pendidikan baru yang ramah akan lingkungan yaitu paradigma yang berorientasi pada pengembangan dengan ciri desentralis, kebijakan bersifat bottom up, orientasi pendidikan yang bersifat holistik yang menekankan pada pengembangan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budaya, kemajemukan berfikir, menjunjung tinggi nilai moral kemanusiaan dan agama, kesadaran kreatif, produktif, dan kesadaran hukum.[1]
Rumusan paradigma pendidikan tersebut paling tidak memberikan arah sesuai dengan arah pendidikan, yang secara umum dituntut mengantarkan masyarakat menuju masyarakat madani Indonesia sesuai agenda reformasi dibidang pendidikan. Agenda reformasi tersebut termanifestasi pada pembentukan masyarakat yang beradab, religius, kreatif, demoktatis dan tangguh dalam menghadapi problematika yang mengglobal. Dalam menghadapi tantangan perubahan yang bergerak dinamis, maka dibutuhkan strategi jitu untuk menjawab tantangan perubahan tersebut, diantaranya; a). Orientasi pendidikan Islam lebih menekankan pada proses pembelajaran dari pada mengajar, b). Struktur pendidikan Islam harus lebih fleksibel, c). Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang punya karakteristik khusus dan mandiri, d). Pendidikan Islam merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan.
Jika berorientasi pada paradigma pendidikan lama yang menekankan akan konsep dikotomis, maka wajah pendidikan Islam akan terus-menerus dalam ketimpangan yang berkelanjutan dan akan menjadi solusi yang gagap dalam menjawab tantangan zaman yang bergerak dinamis. Untuk terlepas dari jeratan paradigma pendidikan lama, maka paradigma pendidikan baru harus rela menumbangkan pandangan yang dualistik. Pendidikan harus menghilangkan adanya dikotomi antara wahyu dan akal, ilmu agama dan ilmu umum dan lain sebagainya. 


B.     Tabel Perbandingan
Untuk memudahkan dalam memahami perbandingan antara paradigma lama dan paradigma baru, maka perhatikanlah tabel perbandingan dibawah ini.
Paradigma Pendidikan Lama
Paradigma Pendidikan Baru
·         Pendidikan cenderung sentralistis
·         Kebijakan lebih bersifat top down
·         Orientasi pendidikan bersifat parsial
·         Pola pendidikan yang dikotomis
·         Lebih menekankan aspek kognitif
·         Pendidikan cenderung desentralistis.
·         Kebijaka bersifat bottom up
·         Pengembangan pendidikan bersifat holistis
·         Pola pendidikan besifat integral, holistik dan dinamis dengan memadukan aspek kognitif, afektif serta psikomotorik


C.    Feedback Materi Kelas
Sejauh ini materi pengembangan kurikulum tidak sepenuhnya saya fahami dengan baik, banyak sekali istilah-istilah baru dan hal-hal baru yang kerap kali menyulitkan saya dalam memahami dengan baik. Sebagai permisalan saja, ketika pak Dosen memberikan tugas tentang artikel yang ada di koran KOMPAS yang berjudul “Belajar dari Sistem Finlandia”. Dalam kebingungan saya berfikir, sebenarnya pengetahuan pengembangan kurikulum seperti apa yang hendak ditransferkan pak Dosen ke saya? Kebingungan itu kian menggumpal tatkala saya baca artikel tersebut, pada artikel tersebut hanya dibicarakan tentang reformasi pendidikan yang hanya berkutat seputar UN. Lantas, pengembangan kurikulum seperti apakah yang hendak pak Dosen maksud? Bukankah UN itu adalah salah satu baigian saja dari komponen-komponen yang ada dikurikulum?
Pun ketika membincang persoalan kurikulum. Istilah kurikulum seringkali saya dengar, akan tetapi saya masih samar dalam memahami apa itu kurikulum. Yang sering tergambar dalam mindset saya ketika mendengar istilah kurikulum adalah seperangkat komponen yang berisikan tujuan, visi-misi serta program pengajaran. Memang, pengetahuan saya berkaitan kurikulum masih tergolong balita. Apalagi seperti tugas ini, sempat membuat saya mati kutu sehingga saya beranikan diri untuk konsultasi ke pak Dosen, dan Alhamdulillah sedikit tercerahkan meski masih bingung.
Menganalisis paradigma lama dan paradigma baru seperti memisahkan susu yang tercampur dengan air dalam sebuah gelas. Susah sekali! Saya sampai bela-belain beli bukunya Prof. Dr. Muhaimin, M.A. yang berjudul “Paradigma Pendidikan Islam”, dengan harapan ada sedikit gambaran tentang perbedaan yang mendasar antara paradigma pendidikan lama dan paradigma pendidikan baru, akan tetapi nihil, buku tersebut berisikan sama dengan buku “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam” yang ditulis oleh Prof. Dr. Muhaimin Juga. Paradigmanya ya berkutat pada tiga paradigma, yaitu; paradigma dikotomis, mekanis dan organisme. Lantas, mana yang dikatakan paradigma lama dan mana paradigma baru? Bingung!
Jika boleh memberikan usulan ke pak Dosen, akan lebih baik jika kita difahamkan secara komprehensif akan kurikulum terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh kearah pengembangannya. Mungkin dengan memahami kurikulum-kurikulum dahulu kemudian dikomparasikan dengan kurikulum sekarang. Kira-kira apa yang menjadi perbedaan kurikulum dulu dan kurikulum sekarang, serta memuat apa sajakah kurikulum itu dan jika hendak mengambangkan, dibagian manakah yang bisa dikembangkan dll.
Terakhir, saya memohon maaf kepada pak Dosen jika terdapat banyak kesalahan dalam menuliskan artikel ataupun pada forum feedback materi, karena mungkin keterbatasan-keterbatasan yang ada pada sayalah kesalahan-kesalahan tersebut lahir.
Mohon maaf pak, keasyikan nulis sampai melebihi kapasitas. 

REFRENSI
Makalah Muh. Sain Hanafi, “Paradigma Baru Pendidikan Islam dan Upaya Menjawab Tantangan Global”, tanpa Tahun.
Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi” Jakarta:  Rajagrafindo Persada, 2012
Drs. Muhaimin, M.A., et. al, “Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012
Dr. E. Mulyasa, M.Pd, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”, Bandung: Rosda, 2010



[1] Makalah Muh. Sain Hanafi, Paradigma Baru Pendidikan Islam dan Upaya Menjawab Tantangan Global

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan dan Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dan Ilmu Pendidikan Islam

Review Pengantar Evaluasi Pendidikan

Sejarah Singkat Himpunan Pemuda Muslim Mencorek (HPMM)