TANDUR IMAJINASI
Manusia
merupakan mahluk unik yang diciptakan Allah. Mahluk yang dianugerahi berbagai
macam potensi. Baik potensi yang berbau positif sampai potensi yang bernuansa
negatif. Tak ayal jika dinamika kehidupan manusia cenderung dinamis jika
dibandingkan dengan mahluk-mahluk lain yang lebih bertendensi kearah statis. Kita
ambil contoh saja “malaikat”.
Malaikat diciptakan oleh Allah sebagai
mahluk yang harus nurut, patuh dan taat kepada Allah sehingga sepanjang hidupnya
juga hanya beribadah saja kepada Allah, tanpa menoleh pada hal lain. Begitu
pula “iblis”. Iblis diciptakan oleh Allah untuk menggoda manusia maka
seluruh hidupnya-pun dihabiskan hanya untuk menggoda manusia saja. Kehidupan
kedua mahluk tersebut juga terkesan membosankan karena memang hanya berkutat
pada aktivitas yang statis.
Berbeda dengan
manusia. Manusia diberikan piranti yang variatif oleh Allah. Manusia diberikan
akal, hati, nafsu dan piranti-piranti lain yang tidak dimiliki mahluk lain.
Oleh sebab itu, terkadang kedudukan manusia bisa mengungguli kedudukan malaikat
dan bahkan terkadang lebih rendah dari kedudukan iblis.
Imajinasi sebagai
bagian dari piranti merupakan manifestasi dari kedinamisasian manusia.
Seseorang bisa berkontemplasi memikirkan segala keadaan dengan bebas tanpa
terbelenggu oleh barang apapun. Imajinasi ibarat sebuah biji yang bisa ditandur
atau ditanam dilahan manapun. Jika tertanam dibumi yang subur maka dia akan
bercokol dengan hasil yang sangat baik, akan tetapi jika ditanam dibumi sahara
yang tandus maka dia akan mati dengan sendirinya.
Dengan imajinasi, seorang
akan bisa jadi pembebas atau bahkan penindas. Dengan imajinasi pula seseorang
akan bisa menanam pohon keabadian. Sebuah pohon yang tidak sembarang manusia
bisa menciptakanya. Diantara bentuk pohon hasil cipta, rasa dan karya manusia
yang abadi diantaranya adalah pohon tulisan. Pohon tulisan bisa abadi didada
para pembacanya. Dari bibit bernama imajinasi, buah-buah ranumnya keabadian
tulisan terkunyah dalam dada manusia.
Beberapa ayat
al-quran tidak henti-hentinya membisiki manusia agar terus berimajinasi. Dari
potongan ayat afala ta’qilun, afala yatadabbarun, afala yatafakkarun. Secara
eksplisit kita bisa mencermati bahwa manusia dituntut untuk terus berimajinasi
oleh Allah dengan merenungkan ayat-ayat kauniyah yang tersirat dialam semesta.
Maka tandurlah imajinasimu dengan menulis agar kisahmu bisa abadi.
Komentar
Posting Komentar